IQNA

Apa Kata Alquran/ 45

Manakah Jalan yang Benar?

10:56 - January 24, 2023
Berita ID: 3477917
TEHERAN (IQNA) - Ada berbagai ide yang telah paparkan sebagai "agama" di antara orang-orang dan memiliki pengikut. Tentang ajaran dan agama mana yang benar, berbagai topik telah diangkat, dan pandangan Alquran tentang masalah ini sangat menarik.

Ketika berbicara tentang benar atau salahnya agama dan ajaran, berbagai kriteria dipertimbangkan untuk mengukurnya. Salah satu ayat Alquran yang merujuk pada masalah ini mengungkapkan prinsip yang sederhana dan jelas:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19)

Sangat mungkin dengan melihat kalimat pertama dari ayat ini, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam" menganggap bahwa Alquran hanya berbicara tentang kebenaran agama tertentu yang disebut Islam, tetapi poin-poin menarik telah dikemukakan dalam penafsiran ayat-ayat ini dan terutama arti kata "Islam". Kata "Islam" dalam bahasa Arab berarti “Taslim/ penyerahan diri”.

Penulis Tafsir Nemuneh menulis, ajaran hakiki di sisi Allah adalah "taslim" akan perintah-Nya, dan sejatinya, ruh agama di setiap zaman dan waktu adalah tunduk pada kebenaran.

Ayat ini menjelaskan sumber perbedaan agama yang muncul meskipun kesatuan hakikat agama samawi:

وَ مَا اخْتَلَفَ الَّذِینَ أُوتُوا الْکِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ ما جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْیاً بَیْنَهُمْ

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka”.

Oleh karena itu, terciptanya perbedaan pertama-tama setelah pengetahuan dan kesadaran, dan kedua, tidak ada motif selain pembangkangan penindasan dan dengki. Misalnya, Nabi Muhammad, selain mukjizat yang nyata, termasuk Alquran dan dalil-dalil yang jelas yang disebutkan dalam teks ajaran ini, karakteristik dan ciri-cirinya dinyatakan dalam kitab-kitab suci sebelumnya, yang sebagian berada di tangan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karenanya, sebelum kemunculannya, para ulama mereka mengumumkan kemunculannya dengan penuh semangat dan penekanan, tetapi segera setelah dia diutus, karena mereka melihat kepentingan mereka sendiri dalam bahaya, mereka mengabaikan semuanya karena pembangkangan, penindasan, dan dengki.

Oleh karena itu, di akhir ayat, menjelaskan nasib mereka dan sejenisnya dan berkata:

وَ مَنْ یَکْفُرْ بِآیاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِیعُ الْحِسابِ

“Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

Ya! Mereka yang menjadikan ayat-ayat Ilahi sebagai mainan syahwatnya akan melihat hasil pekerjaannya di dunia dan akhirat. (HRY)

 

captcha